Minggu, 23 Agustus 2015

Adam Malik Batubara


Adam Malik Batubara, lahir di Pematang Siantar, Sumatera Utara pada 22 – Juli – 1917. Ia adalah anak ketiga dari sepuluh bersaudara dari seorang pedagang kaya bernama Abdul Balik Batubara dan pasangannya Salamah Lubis. Dia bersekolah di Holandsch Inlandsche School di Pematang Siantar dan melanjutkannya di Sekolah Agama Madrasah Sumatera Thawalib Parabek di Bukittinggi. Namun, baru setengah tahun bersekolah disana, Adam Malik kemudian berhenti sekolah karena kemudian ia pulang kampung dan membantu orang tuanya berdagang.
          Di awal kariernya, ia bekerja sebagai wartawan yang ia lakukan secara autodidak. Kemudian dalam usia 20 tahun, ia bersama Soemanang, Sipahutar, Armin Pane, Abdul Hakim, dan Panu Wartawiguna mendirikan Kantor Berita Antara yang berkantor di Jln. Pos Utara 53, Pasar Baru, Jakarta Pusat setelah dipindahkan. Adam Malik menjabat sebagai Wakil Direktur serta Redaktur. Dengan alat seadanya, mereka terus menyuplai berita ke berbagai surat kabar nasional. Sebelum ini, Adam Malik memang sudah sering menulis salah satunya di Koran Pelita Andalas.
          Karier politiknya berawal dari ia memimpin Partai Indonesia atau yang biasa disingkat Partindo Pematang Siantar dan Medan pada tahun 1934  1935. Kemudian, Adam Malik menjadi anggota Dewan Pimpinan Gerakan Rakyat Indonesia atau Gerindo di Jakarta. Selama masa penjajahan Jepang, ia juga aktif dalam gerakan memperjuangkan kemerdekaan bersama kaum pemuda yang lain.
          Vacuum Of Power, saat itu Jepang yang sudah menyerah kepada sekutu sehingga terjadinya kekosongan dalam pemerintahan Indonesia. Keadaan ini dimanfaatkan oleh kaum pemuda termasuk Adam Malik untuk segera memproklamasikan kemerdekaan. Ia bersama Sukarni, Chaerul Shaleh, dan Wikana membawa Soekarno dan Moh. Hatta ke Rengasdengklok untuk memproklamasikan kemerdekaan. Setelah disetujui, kemudian Proklamasi Kemerdekaan dibacakan oleh Soekarno dengan didampingi Moh. Hatta membacakan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
          Tak sampai disitu perjuangan Adam Malik, ia mewakili kelompok pemuda terpilih sebagai Ketua III KNIP pada tahun ’45 – ’47 yang bertugas menyiapkan susunan pemerintahan. Dan kemudian pada tahun 1956, ia terpilih sebagai anggota DPR – RI lewat Pemilu Indonesia yang pertama.
          Kariernya di dunia Internasional bermula ketika ia diangkat Duta Besar untuk negara Uni Soviet dan Polandia dan pada tahun 1962,  ia menjadi Ketua Delegasi sebagai wakil dari Republik Indonesia dalam perundingan Indonesia – Belanda di Washington D.C. Amerika Serikat yang membahas tentang permasalahan wilayah Irian Barat. Setahun kemudian, ia masuk ke jajaran Kabinet Kerja IV sebagai Menteri Perdagangan sekaligus menjabat sebagai Wakil Panglima Operasi ke – I Komando Tertinggi Operasi Ekonomi [ KOTOE ] . Kemudian, pada tahun 1966, secara resmi ia memberitakan kabarnya yang telah keluar dari Partai Murba lewat media dan 4 tahun setelahnya ia bergabung dengan Partai Golkar.
          Dalam masa pemerintahan Soeharto, pada tahun 1964 ia mengemban tugas sebagai Ketua Delegasi untuk Komisi Perdagangan dan Pembangunan PBB. Dalam Kabinet Ampera I & II, Kabinet Pembangunan I & II ia memangku jabatan sebagai Menteri Luar Negeri. Sebagai Menteri Luar Negeri, Adam Malik berperan penting sebagai pelopor berdirinya ASEAN bersama ke -4 Menteri Luar Negeri lainnya yang berasal dari 4 Negara Asia Tenggara. Pada tahun 1971, ia terpilih sebagai orang Indonesia pertama yang berhasil menjabat sebagai Ketua Majelis Umum PBB Ke - 26 dan juga sebagai Kepala SMU PBB. Adam Malik saat itu mempin sidang PBB yang membahas tentang keanggotaan RRC [Republik Rakyat Cina] di PBB. Kemudian, karirnya berlanjut ketika ia menjabat sebagai Wakil Presiden RI ke -3 seteah Sultan Hamengkubuwana IX. Bisa dikatakan bahwa itulah pencapaian tertinggi dari Adam Malik sendiri, meskipun ia hanya tamatan Sekolah Dasar dan pernah dihukum dua buan penjara saat usianya belasan tahun.
Beliau kemudian meninggal pada usia yang ke -67 akibat Kanker Lever dan dimakamkan di TMP Kalibata. Atas jasa – jasanya, Adam Malik kemudian diangkat sebagai Pahlawan Nasional oleh pemerintah pada tahun 1998. Kalimat yang paling terkenal dari beliau adalah “ Semua Bisa Diatur “, kalimat ini juga sekaligus sebagai kritikan kepada negara ini yang hampir “ Semua Bisa Diatur “ dengan uang.

___________________________________________
Trivia
           ► Dalam Bahasa Indonesia, Adam artinya Bumi sementara Malik berarti Raja.
► Marga Adam Malik adalah Batubara. Batubara sendiri termasuk dalam kelompok marga Si Raja Borbor.
► Hobi Adam Malik adalah Membaca dan Fotografi.
► Semasa kecil, Adam Malik dijuluki “ Si Kancil “ karena tubuhnya yang kecil namun lihai dalam berbagai hal.
Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sharingan 3 - Naruto